11 Oktober

BAHAS SOAL SKPD TIU CPNS _ MATEMATIKA DASAR (Soal Cerita)

 Berikut ini akan kita bahas beberapa contoh soal tes CPNS Matematika Dasar yang modelnya sering keluar. Soal Tes SKPD TIU CPNS Matematika Dasar ini sebenarnya soal yang pernah diajarkan di SMP.



Yuk, kita bahas beberapa soal ini, semoga Anda bisa mengerjakan soal pada saat menjalani test yang sesungguhnya.

 

Soal 1.

Sebuah barang dibeli dengan mendapat untung 15 persen. Jika untung yang diperoleh sebesar Rp21.000,00 maka harga jual barang tersebut adalah...

A. Rp161.000,00

B. Rp160.000,00

C. Rp155.000,00

D. Rp151.000,00

E. Rp140.000,00

 

Jawaban: A

Tips:

Jika barang yang dijual untung 15%, berarti persentase harga jualnya 100% + 15% = 115%.

Sehingga diperoleh hubungan sebagai berikut.

Kalau 15% senilai Rp21.000,00

Kalau 115% senilai berapa? (yang ditanyakan (Hj))

Cara hitung:


Soal 2.

Perbandingan uang Mawar dan Melati adalah 3 : 7. Jika uang Melati Rp210.000,00 maka berapakah selisih uang keduanya?

A. Rp90.000,00

B. Rp190.000,00

C. Rp120.000,00

D. Rp130.000,00

E. Rp150.000,00

 

Jawaban: C

Tips:

Nilai pembanding Mawar = 3

Nilai pembanding Melati = 7, adapun uangnya Rp210.000,00

Selisih pembanding = 7 – 3 = 4, berapa nilai uangnya?

Cara hitung:


Soal 3.

Pada awal tahun 2014, sebuah supermarket menjual pakaian dengan diskon besar-besaran. Ayah membeli kemeja dengan mendapat diskon 10 persen dari harga awal dan diskon tambahan 30 persen dari harga kemeja setelah didiskon 10 persen. Jika Ayah membayar dengan harga Rp126.000,00 harga kemeja tersebut sebelum ada diskon adalah...

A. Rp175.000,00

B. Rp176.400,00

C. Rp180.000,00

D. Rp200.000,00

E. Rp315.000,00

Jawaban: D

Tips:

Jika ada persentase diskon, maka pikirkan persentase yang harus dibayar.

Misal: jika barang didiskon 25%, maka yang kita pikirkan membayar 75%.

jika barang didiskon 20%, maka yang kita pikirkan membayar 80%.

Paham Yaaa....

Fokus pada soal.

Kemeja didiskon (1) sebesar 10%, berarti membayar 90%.

Kemudian didiskon (2) sebesar 30%, berarti membayar 70%.

Jadi setelah didiskon sebanyak dua kali maka, membayar sebesar = 90% x 70%.

 

Cara hitung:

Diketahu harga setelah didiskon Rp126.000,00

Ingat rumus ini:

Persentase membayar x Harga jual Mula-mula = Harga yang dibayar

Berarti:


Demikian Tiga contoh Soal Cerita yang sering keluar dalam tes SKD TIU CPNS.

Masih banyak tipe soal yang lain yang bisa untuk latihan.

Semoga bermanfaat.



MAU BUKU UNTUK LATIHAN?

SILAKAN BELI DISINI



atau di sini









28 Juni

Fungsi Naik dan Fungsi Turun

Fungsi Naik dan Fungsi Turun

Fungsi naik dan turun adalah fungsi dalam kalkulus yang nilai f(x) bertambah dan berkurang masing-masing seiring bertambahnya nilai x. Turunan fungsi f(x) digunakan untuk memeriksa perilaku fungsi naik dan turun. Fungsi dikatakan naik jika nilai f(x) bertambah seiring bertambahnya nilai x dan fungsi dikatakan turun jika nilai f(x) turun seiring bertambahnya nilai x.

 

Pada artikel kali ini, kita akan mempelajari konsep fungsi naik dan turun, sifat-sifatnya, representasi grafis, dan teorema untuk menguji fungsi naik dan turun beserta contohnya untuk pemahaman yang lebih baik.

 

Apa yang dimaksud dengan Fungsi Naik dan Fungsi Turun?

Fungsi naik dan turun adalah fungsi yang grafiknya masing-masing bergerak ke atas dan ke bawah jika kita bergerak ke arah sisi kanan sumbu x. Fungsi naik dan turun disebut juga fungsi tidak naik dan fungsi tidak naik. Mari kita lihat definisi formal fungsi naik dan turun untuk memahami maknanya:

 

Definisi Fungsi Naik dan Fungsi Turun

Fungsi Naik - Suatu fungsi f(x) dikatakan naik pada interval I jika untuk dua bilangan x dan y di I sehingga x < y, kita mempunyai f(x) ≤ f(y).

Fungsi Turun - Suatu fungsi f(x) dikatakan turun pada interval I jika untuk dua bilangan x dan y pada I sehingga x < y, kita mempunyai f(x) ≥ f(y).

Fungsi Monoton Naik - Suatu fungsi f(x) dikatakan monoton naik pada interval I jika untuk dua bilangan x dan y di I sehingga x < y, kita mempunyai f(x) < f(y).

Fungsi Monoton Turun - Suatu fungsi f(x) dikatakan monoton turun pada interval I jika untuk dua bilangan x dan y di I sehingga x < y, kita mempunyai f(x) > f(y).

 

Representasi Grafis dari Fungsi Naik dan Turun

Setelah kita mengetahui pengertian dan definisi fungsi naik dan turun, mari kita lihat representasi grafis fungsi naik dan turun yang akan membantu kita memahami perilaku fungsi tersebut.

  


Grafik di atas menunjukkan representasi grafis dari fungsi naik tajam, turun tajam, naik dan turun. Seperti yang dapat kita lihat pada grafik di atas, fungsi yang naik berisi interval yang naik secara ketat dan interval di mana fungsinya konstan. Demikian pula, fungsi Turun terdiri dari interval di mana fungsinya Turun tajam dan fungsinya konstan.

 

Aturan untuk Memeriksa Fungsi Naik dan Turun

Kita menggunakan turunan suatu fungsi untuk memeriksa apakah fungsi tersebut naik atau turun. Misalkan suatu fungsi f(x) terdiferensialkan pada interval terbuka I, maka kita punya

 

Jika f'(x) ≥ 0 pada I, maka fungsi tersebut dikatakan fungsi naik pada I.

Jika f'(x) ≤ 0 pada I, maka fungsi tersebut dikatakan fungsi Turun pada I.

Contoh: Mari kita perhatikan sebuah contoh untuk memahami konsep dengan lebih baik. Pertimbangkan f(x) = x3 yang didefinisikan untuk semua bilangan real. Turunan dari f(x) = x3 diberikan oleh f'(x) = 3x2. Kita tahu bahwa kuadrat suatu bilangan selalu lebih besar atau sama dengan 0, oleh karena itu kita mempunyai f'(x) = 3x2 ≥ 0 untuk semua x. Jadi f(x) = x3 merupakan fungsi naik.

 

Sifat-sifat Fungsi Naik dan Turun

Karena kita sudah mengetahui cara memeriksa apakah suatu fungsi naik atau turun, mari kita bahas sifat-sifat aljabar fungsi naik dan turun:

 

Jika fungsi f dan g merupakan fungsi naik pada interval terbuka I, maka jumlah fungsi f + g juga naik pada interval tersebut.

Jika fungsi f dan g merupakan fungsi turun pada interval terbuka I, maka jumlah fungsi f + g juga Turun pada interval tersebut.

Jika fungsi f merupakan fungsi naik pada interval terbuka I, maka fungsi kebalikannya -f Turun pada interval tersebut.

Jika fungsi f merupakan fungsi turun pada interval terbuka I, maka fungsi kebalikannya -f naik pada interval tersebut.

Jika fungsi f merupakan fungsi naik pada interval terbuka I, maka invers fungsi 1/f turun pada interval tersebut.

Jika fungsi f merupakan fungsi Turun pada interval terbuka I, maka invers fungsi 1/f naik pada interval tersebut.

Jika fungsi f dan g merupakan fungsi naik pada interval terbuka I dan fg ≥ 0 pada I, maka hasil kali fungsi fg juga naik pada interval tersebut.

Jika fungsi f dan g merupakan fungsi Turun pada interval terbuka I dan fg ≥ 0 pada I, maka hasil kali fungsi fg juga Turun pada interval tersebut.

 

Catatan Penting tentang Fungsi Naik dan Turun

Turunan pertama suatu fungsi digunakan untuk memeriksa fungsi naik dan turun.

Fungsi naik dan turun disebut juga fungsi tidak turun dan fungsi tidak naik.

  

Contoh 1: Tentukan interval di mana f(x) = xe-x bertambah dengan menggunakan aturan fungsi naik dan turun.

 

Penyelesaian: Untuk menentukan interval kenaikan f(x), mari kita cari turunan dari f(x).

 

f(x) = xe-x

f'(x) = e-x - xe-x

       = e-x(1 - x)

 

Untuk menentukan titik kritis, samakan f'(x) dengan 0, yaitu,

e-x(1 - x) = 0 x = 1 [Karena fungsi eksponensial tidak bisa sama dengan 0]

Untuk x < 1, (1 - x) > 0 e-x (1 - x) > 0 [karena eksponensial selalu positif]

Untuk x > 1, (1 - x) < 0 e-x (1 - x) < 0 [karena eksponensial selalu positif]

Oleh karena itu, kita mempunyai f'(x) > 0 untuk x < 1. Oleh karena itu, interval di mana f(x) = xe-x bertambah pada (-∞, 1).

 

Jawaban: f(x) = xe-x bertambah pada (-∞, 1)

 

 

Contoh 2: Gunakan grafik turunan fungsi f'(x) untuk menentukan interval dimana fungsi f(x) naik atau turun.

 

Penyelesaian: Kita tahu bahwa agar fungsi terdiferensiasi f(x) naik pada interval I, kita memerlukan f'(x) > 0 agar semua x di I dan atau fungsi terdiferensiasi f(x) turun pada interval I, kita perlu mempunyai f'(x) < 0 untuk semua x di I.

 




Seperti terlihat pada gambar di atas, grafik f'(x) > 0 (di atas sumbu x) pada interval (-2, 2) dan grafik f'(x) < 0 (di bawah sumbu x) ) pada interval (-∞, -2) dan (2, ∞). Oleh karena itu, fungsi f(x) naik pada (-2, 2) dan turun pada (-∞, -2) (2, ∞).

 

Jawaban: Interval dimana f(x) naik adalah (-2, 2) dan dimana f(x) turun adalah (-∞, -2) (2, ∞).


21 Mei

MEMPELAJARI SEPUTAR KELILING DAN LUAS LINGKARAN

Luas Lingkaran

Luas lingkaran adalah ruang yang ditempati lingkaran pada bidang dua dimensi. Alternatifnya, ruang yang ditempati di dalam batas/keliling lingkaran disebut luas lingkaran. Rumus luas lingkaran adalah L = prp, dimana r adalah jari-jari lingkaran. Satuan luas adalah satuan persegi, misalnya m2, cm2, mm2, dst.

 

Rumus luas lingkaran berguna untuk mengukur luas daerah yang ditempati oleh bidang atau petak berbentuk lingkaran. Misalkan, jika Anda memiliki meja berbentuk lingkaran, maka rumus luasnya akan membantu kita mengetahui berapa banyak kain yang dibutuhkan untuk menutupi seluruhnya. Apakah lingkaran mempunyai volume? Tidak, lingkaran tidak memiliki volume. Lingkaran merupakan bangun ruang dua dimensi, tidak mempunyai volume. Lingkaran hanya mempunyai luas dan keliling. Mari kita pelajari lebih detail tentang luas lingkaran, luas permukaan, dan kelilingnya beserta contohnya.

 

Berapakah Luas Lingkaran?

Luas lingkaran adalah jumlah ruang yang berada di dalam batas lingkaran. Daerah dalam batas lingkaran adalah luas yang ditempati lingkaran. Ini juga bisa disebut sebagai jumlah total satuan persegi di dalam lingkaran itu. Luas Lingkaran : L = pr2 atau L = pd2/4 dalam satuan persegi, dimana

 

(Pi) p = 22/7 atau 3,14.

r = jari-jari lingkaran

d = diameter lingkaran

Pi (p) adalah perbandingan keliling dengan diameter suatu lingkaran. Ini adalah konstanta matematika khusus.

 

Lingkaran dan Bagian Lingkaran

Mari kita mengingat kembali lingkaran dan bagian-bagiannya sebelum mempelajari luas lingkaran secara detail. Lingkaran adalah kumpulan titik-titik yang jaraknya tetap dari pusat lingkaran. Lingkaran adalah bangun ruang yang tertutup. Kita melihat lingkaran dalam kehidupan sehari-hari seperti roda, pizza, tanah melingkar, jam dinding, dan tutup gelas. Besaran ruang atau daerah yang berada di dalam lingkaran disebut luas lingkaran.

 

Jari-jari: Jarak dari pusat ke suatu titik pada batas disebut jari-jari lingkaran. Dilambangkan dengan huruf 'r' atau 'R'. Jari-jari memegang peranan penting dalam rumus luas dan keliling lingkaran, yang akan kita pelajari nanti.

 

Diameter: Garis yang melalui pusat dan titik ujungnya terletak pada lingkaran disebut diameter lingkaran. Dilambangkan dengan huruf 'd' atau 'D'.

 

Rumus diameter: Rumus diameter lingkaran adalah dua kali jari-jarinya. Diameter = 2 × Jari-jari atau d = 2r. Jika diameter suatu lingkaran diketahui, jari-jarinya dapat dihitung sebagai: r = d/2.

 

Keliling Lingkaran

Keliling : Keliling suatu lingkaran sama dengan panjang batasnya. Panjang tali yang melingkari sempurna batas lingkaran akan sama dengan kelilingnya. Gambar yang diberikan di bawah ini membantu Anda memvisualisasikan hal yang sama. Keliling dapat diukur dengan menggunakan rumus yang diberikan:

Keliling : K = 2pr  atau K = pd.




dimana r adalah jari-jari lingkaran dan p adalah konstanta matematika yang nilainya mendekati 3,14 atau 22/7.

Untuk lingkaran dengan jari-jari r, diameter d, dan keliling K:

p = K/2r atau p = K/d

K = 2pr

 

Rumus Luas Lingkaran

Luas lingkaran dapat dihitung dalam langkah-langkah perantara dari diameter, dan keliling lingkaran. Dari diameter dan keliling kita dapat mencari jari-jari lalu mencari luas lingkaran. Namun rumus ini memberikan metode terpendek untuk mencari luas lingkaran. Misalkan sebuah lingkaran mempunyai jari-jari 'r' maka luas lingkaran = pr2 atau pd2/4 dalam satuan persegi, dimana p = 22/7 atau 3,14, dan d adalah diameternya.

 

Luas lingkaran = L = pr2 satuan persegi

Keliling = K = 2pr satuan

 

Luas lingkaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

 

Luas = p × r2, dengan 'r' adalah jari-jarinya.

Luas = (p/4) × d2, dengan 'd' adalah diameternya.

Luas = K2/4p, dengan 'K' adalah keliling.

 

 

Contoh penggunaan Rumus Luas Lingkaran

Mari kita perhatikan beberapa contoh penggunaan rumus luas dan keliling lingkaran.

 

Contoh 1:

Sebuah lingkaran berjari-jari 14 cm. Tentukan luas dan kelilingnya.

Jawaban:

Luas Lingkaran = pr2

                      = 22/7 × 14 × 14

                      = 22 × 2 × 14

                      = 616

Jadi, luas lingkaran 616 cm2.

 

Keliling Lingkaran = 2pr

                          = 2 × 22/7 × 14

                          = 2 × 22 × 2

                          = 88

Jadi, keliling lingkaran 88 cm.

 

Contoh 2:

Sebuah lingkaran mempunyai keliling 157 cm. Tentukan luas lingkaran.

Jawaban:

Luas Lingkaran = K2/4p

                      = 1572/(4×3,14)

                      = 24.649/(12,56)

                      = 1.962,5

Jadi, luas lingkaran 1.962,5 cm2.


Demikian sekilas tentang keliling dan luas lingkaran yang disampaikan.

Semoga bermanfaat.


20 Mei

Persamaan Linier Satu Variabel

Persamaan linier satu variabel adalah persamaan yang dinyatakan dalam bentuk ax + b = 0, dimana a dan b adalah dua bilangan bulat, dan x adalah variabel dan hanya mempunyai satu penyelesaian. Misalnya, 2x + 3 = 8 adalah persamaan linier yang mempunyai satu variabel di dalamnya. Oleh karena itu, persamaan ini hanya mempunyai satu solusi, yaitu x = 5/2. Sedangkan jika kita berbicara tentang persamaan linear dua variabel, maka persamaan tersebut mempunyai dua penyelesaian.

 

Konsep persamaan linear satu variabel telah dibahas pada pembelajaran ini, meliputi pengertian, penyelesaian, contoh, soal cerita, dan soal di lembar kerja. Ini adalah topik penting untuk siswa Kelas 6, 7 dan 8. Konsep-konsep yang dibahas dalam pelajaran ini disebutkan di bawah dalam daftar isi. Jadi, apa yang dimaksud dengan persamaan satu variabel?

 

Definisi Persamaan Linier Satu Variabel

Persamaan linier satu variabel adalah persamaan yang mempunyai satu variabel berorde/berpangkat 1. Bentuk umum persamaannya  ax + b = 0, dimana x adalah variabelnya, a dan b suatu bilangan.

 

Persamaan ini hanya memiliki satu solusi. Beberapa contohnya adalah:

3x = 6

2x - 15 = 0

4x + 9 = -11

 

Bentuk Baku Persamaan Linier Satu Variabel

Bentuk standar persamaan linear satu variabel direpresentasikan sebagai:

ax + b = 0

Di mana,

'a' dan 'b' adalah bilangan real.

Baik 'a' maupun 'b' tidak sama dengan nol.

Jadi, rumus persamaan linear satu variabel adalah ax + b = 0.

 

 

Menyelesaikan Persamaan Linier dalam Satu Variabel

Untuk menyelesaikan persamaan yang hanya memiliki satu variabel, langkah-langkahnya sebagai berikut.

Langkah 1:

Jika ada pecahan, gunakan KPK untuk mengubah pecahan menjadi bilangan cacah. Cara mencari KPK adalah menghitung KPK penyebut pecahannya.

Langkah 2:

Sederhanakan kedua ruas persamaan. Caranya dengan menambah, mengurang, mengalikan atau membagi dengan bilangan yang sama.

Langkah 3:

Kelompokkan suku-suku yang bervariabel di ruas kiri dan kelompokkan bilangan di ruas kanan.

Langkah 4:

Cek jawaban Anda dengan menggantikan nilai variabel ke variabelnya.

 

Contoh Penyelesaian Persamaan Linier Satu Variabel

Mari kita pahami konsepnya dengan bantuan sebuah contoh.

 

Untuk menyelesaikan persamaan dengan variabel di kedua sisi, langkah-langkah berikut ini.

 

Perhatikan persamaan: 5x – 9 = -3x + 19

 

Langkah 1: Ubah urutan semua variabel di satu sisi persamaan. Yang kami maksud dengan transposisi adalah memindahkan suku bervariabel dari satu sisi persamaan ke sisi persamaan yang lain. Dalam metode transposisi, operasi pada operan dibalik.

 

Pada persamaan 5x – 9 = -3x + 19, kita transposisi -3x dari ruas kanan pindahkan ke ruas kiri persamaan dengan melawankan tanda operasi. Sehingga persamaannya menjadi:

 

5x – 9 + 3x = 19

8x - 9 = 19

 

Langkah 2: Demikian pula transposisi semua suku konstanta di sisi lain persamaan seperti di bawah ini:

 

8x - 9 = 19

8x = 19 + 9

8x = 28

 

Langkah 3: Bagi persamaan dengan 8 di kedua sisi persamaan.

8x/8 = 28/8

x = 28/8

 

Langkah 4 : Mengecek jawaban

Jika kita mensubstitusi x = 28/8 ke dalam persamaan 5x – 9 = -3x + 19, kita akan mendapatkan 9 = 9, sehingga persamaan tersebut memenuhi persamaan dan menghasilkan solusi yang diperlukan.

 

Perhatikan contoh-contoh lain berikut.

1. Selesaikan x dari persamaan 2x – 4 = 0

Jawaban:

Tambahkan 4 kedua sisi

2x – 4 + 4 = 0 + 4

2x = 4

 

Bagilah masing-masing sisi dengan 2, kita peroleh

2x/2 = 4/2

    x = 4/2

    x = 2

 

Jadi x = 2 adalah penyelesaian dari persamaan 2x – 4 = 0.

 

2.  Selesaikan persamaan 12m – 10 = 6

Jawaban:

12m – 10 = 6

Tambahkan 10 di kedua sisi

12m – 10 + 10 = 6 + 10

               12m = 16

 

Bagilah setiap sisi dengan 12, kita peroleh

12m/12 = 16/12

        m = 16/12

        m = 4/3

 

Jadi, penyelesaaiannya adalah m = 4/3.

 

3. Selesaikan x dari persamaan 6x + 19 = 4x – 11.

   Jawaban:

         6x + 19 = 4x – 11               

6x + 19 – 4x = -11              (4x pindah ke ruas kiri)

        2x + 19 = -11             (6x – 4x = 2x)

                 2x = -11 – 19     (19 pindah ke ruas kanan)

                 2x = -30           

                   x = -15           (kedua ruas dibagi 2)

Jadi, penyelesaian dari 6x + 19 = 4x – 11 adalah x = 2.

 

Perhatikan contoh soal cerita berikut.

Soal 4.

Berat 3 keranjang salak dan satu karung salak adalah  128 kg. Berat salak satu karung adalah 23 kg.

Jika berat salak setiap keranjang sama, tentukan berat salak setiap keranjang.

Jawaban:

Misalkan: x = berat salak setiap karung.

Bentuk persamaannya:

3x + 23 = 128

        3x = 128 – 23    (23 pindah ke ruas kanan)

        3x = 105

          x = 35           (kedua ruas dibagi 2)

Jadi, berat salak setiap keranjang adalah 35 kg.

 

Soal 5:

Panjang kaki-kaki suatu segitiga sama kaki lebih panjang 4 meter dari alasnya. Jika Keliling segitiga adalah 44 meter, hitunglah panjang sisi-sisi segitiga tersebut.

 

Jawaban:

Mari kita asumsikan alasnya berukuran 'x' meter. 

Jadi, masing-masing kakinya berukuran y = (x + 4) meter.

 

Keliling suatu segitiga adalah jumlah ketiga sisinya.

Persamaan dibentuk dan diselesaikan sebagai berikut:

x + 2(x + 4) = 44

  x + 2x + 8 = 44

       3x + 8 = 44

             3x = 44 – 8

             3x = 36

               x = 36/3

               x = 12

 

Panjang alasnya diselesaikan sebagai 12 meter. Jadi, masing-masing kedua kakinya berukuran 16 meter.

 

Demikian materi Persamaan linear satu variabel yang kami sampaikan.

Semoga bermanfaat.


16 Mei

Operasi Himpunan

Dengan menggunakan diagram Venn, mari kita selidiki himpunaniap operasi himpunan utama berikut.

 

1. Gabungan atau Union (A∪B)

Gabungan dua himpunan A dan B adalah himpunan unsur-unsur berbeda yang terdapat pada Himpunan A, Himpunan B, atau keduanya pada A dan B.

 Dalam diagram Venn, gabungan Himpunan A dan Himpunan B diwakili oleh luas yang berbeda dengan Himpunan A, ditambah luas yang berbeda dengan Himpunan B, ditambah bagian yang tumpang tindih pada kedua himpunan tersebut.

 


Perhatikan contoh gabungan dua himpunan dalam diagram venn

Contoh:

Jika A = {1, 2, 3, 4, 5} dan B = {3, 4, 5, 6}, maka gabungan Himpunan A dan Himpunan B, A ∪ B = {1, 2, 3, 4, 5 , 6}.

 

2. Irisan (A∩B)

Perpotongan dua himpunan A dan B adalah himpunan elemen-elemen yang terdapat pada KEDUA Himpunan A dan Himpunan B. Dalam diagram Venn, perpotongan adalah bagian di mana kedua himpunan tersebut bertumpang tindih.

 


Dalam diagram Venn, perpotongan adalah bagian di mana dua himpunan bertumpang tindih

Contoh:

Jika A = {2, 4, 6, 8, 10, 12} dan B = {3, 6, 9, 12, 15}, maka perpotongan Himpunan A dan Himpunan B, A∩B = {6, 12}.

 

3. Selisih (A-B)

Selisih dua himpunan A-B adalah himpunan unsur-unsur yang unik pada Himpunan A. Dengan kata lain, selisihnya meliputi unsur-unsur yang hanya terdapat pada Himpunan A dan tidak terdapat pada Himpunan B.

Pada diagram Venn, selisih A dan B adalah luas lingkaran A dikurangi bagian tempat kedua himpunan yang bertumpang tindih.

 




Perhatikan contoh selisih dua himpunan berikut.

Contoh:

Jika A = {4, 8, 12, 16, 20} dan B = {4, 5, 16, 18, 20 }, selisih Himpunan A dan Himpunan B, A - B = {8, 12}.

 

4. Komplemen Himpunan

Komplemen suatu himpunan sering dilambangkan dengan A’.

Komplemen suatu himpunan, Himpunan A, adalah unsur-unsur dalam himpunan semesta tertentu, Himpunan U, yang tidak termasuk dalam Himpunan A. Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua benda/elemen/objek tertentu.



Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua benda tertentu.

 

 

Sifat-sifat Operasi Himpunan

Sama seperti operasi matematika dasar (+, -, : ,×) yang mempunyai sifat tertentu, operasi himpunan juga mempunyai sifat yang berbeda. Inilah beberapa di antaranya.

 

1. Hukum Komutatif

Hukum komutatif himpunan mirip dengan sifat komutatif operasi matematika dasar, seperti penjumlahan dan perkalian. Sama seperti 3 + 4 sama dengan 4 + 3, gabungan (atau perpotongan) Himpunan A dan Himpunan B sama dengan gabungan (atau perpotongan) Himpunan B dan Himpunan A. 

Hukum Komutatif untuk gabungan himpunan

A ∪ B = B ∪ A

Hukum Komutatif untuk irisan himpunan

A ∩ B = B ∩ A

 

2. Hukum Asosiatif

Hukum asosiatif himpunan mirip dengan sifat asosiatif untuk operasi matematika dasar. Sama seperti 3 + ( 4 + 5) = (3 + 4) + 5, hukum asosiatif untuk operasi himpunan menyatakan bahwa ketika menemukan gabungan atau perpotongan tiga himpunan, pengelompokan (atau asosiasi) antar himpunan tidak mempengaruhi hasil .

 

Hukum Asosiatif untuk gabungan himpunan

A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C

Gabungan antara Himpunan A, B, dan C tidak dipengaruhi oleh pengelompokan (atau asosiasi) himpunan tersebut.

Hukum Asosiatif untuk irisan himpunan

A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C

Perpotongan antara Himpunan A, B, dan C tidak dipengaruhi oleh pengelompokan (atau asosiatif) himpunan tersebut.

 

3. Hukum Distributif

Hukum distributif serikat pekerja menyatakan bahwa gabungan antara Himpunan A dan perpotongan Himpunan B dan C sama dengan perpotongan gabungan Himpunan A dan B dan gabungan Himpunan A dan C.

 

Hukum distributif perpotongan menyatakan bahwa perpotongan antara Himpunan A dan gabungan Himpunan B dan C sama dengan gabungan antara perpotongan Himpunan A dan B dan perpotongan Himpunan A dan C.

 

Hal ini mirip dengan hukum distributif perkalian, yang misalnya menyatakan bahwa 2(3 + 4) = (2 x 3 ) + (2 x 4).