30 December

Beberapa Rumus Volume Kubus dan Contoh Soalnya

 Volume Kubus

Volume kubus didefinisikan sebagai jumlah total satuan kubik yang ditempati oleh kubus secara keseluruhan. Untuk menghitung volume kubus, kita perlu mengetahui panjang salah satu sisi kubus. Rumus untuk mencari volume kubus adalah:

Volume = sisi x sisi x sisi

Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi, yang memiliki 6 sisi persegi. Volumenya tidak lain adalah total ruang yang ditempati oleh suatu objek. Objek dengan volume yang lebih besar akan menempati lebih banyak ruang. Mari kita pahami volume kubus secara terperinci beserta rumus dan contoh soal di bagian berikut.

 

Apa itu Volume Kubus?

Volume kubus adalah total ruang tiga dimensi yang ditempati oleh kubus. Kubus adalah objek ruang tiga dimensi (3D) dengan enam sisi persegi, yang semua sisinya memiliki panjang yang sama. Kubus juga dikenal sebagai sisi enam beraturan dan merupakan salah satu dari lima bangun ruang platonis.

 

Satuan volume kubus diberikan sebagai (satuan)3 atau satuan kubik. Satuan sistem internasional (SI) untuk volume adalah meter kubik (m3), yang merupakan volume yang ditempati oleh kubus dengan setiap sisi berukuran 1 meter. Satuan standar di Amerika Serikat (USCS) untuk volume adalah inci3, yard3, dst.

 

Rumus Volume Kubus

Kita dapat menghitung volume kubus apa pun menggunakan rumus yang berbeda berdasarkan parameter yang diberikan. Volume kubus dapat dihitung menggunakan panjang sisi/rusuk kubus atau ukuran diagonal kubus.

 

Volume kubus (V) yang panjang rusuknya s adalah:



Volume kubus (V) yang diagonalnya sisinya d adalah:


 

Volume kubus (V) yang diagonalnya ruangnya D adalah:

 

 

Perhatikan beberapa contoh soal berikut ini.

Soal 1.

Sebuah kubus memiliki panjang rusuk 8 cm.

Tentukan volume kubus tersebut.

Jawaban:

Diketahui : s = 8 cm

Volume : V = s × s × s

                 = 8 × 8 × 8

                 = 512

Jadi, volume kubus adalah 512 cm3.

 

Soal 2.

Sebuah kubus memiliki panjang rusuk 15 cm.

Tentukan volume kubus tersebut.

Jawaban:

Diketahui : s = 15 cm

Volume : V = s × s × s

                 = 15 × 15 × 15

                 = 3.375

Jadi, volume kubus adalah 3.375 cm3.

 

Soal 3.

Sebuah kubus memiliki panjang diagonal sisi 6 cm.

Tentukan volume kubus tersebut.

Jawaban:



Soal 4.

Sebuah kubus memiliki panjang diagonal sisi  cm.

Tentukan volume kubus tersebut.

Jawaban:


Soal 5.

Sebuah kubus memiliki panjang diagonal ruang 12 cm.

Tentukan volume kubus tersebut.

Jawaban:


Soal 6.

Sebuah kubus memiliki panjang diagonal ruang  cm.

Tentukan volume kubus tersebut.

Jawaban:


Demikianlah sekilas rumus volume kubus yang dihitung menggunakan ketiga rumus menggunakan panjang rusuk, diagonal sisi (bidang), dan diagonal ruang.

Semoga bermanfaat.


29 December

BENTUK ALJABAR, SIFAT-SIFAT, DAN OPERASI BENTUK ALJABAR

Pengertian Aljabar

Aljabar adalah bidang matematika yang membahas representasi situasi menggunakan simbol matematika, variabel, dan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang mengarah pada pembentukan ekspresi matematika yang relevan. Dalam pelajaran ini, kita akan membahas semua aturan aljabar, operasi, dan rumus.

 

Dasar-Dasar Aljabar

Kita perlu mengetahui terminologi dasar yang berkaitan dengan aljabar untuk memahami dasar-dasarnya. Ekspresi yang terdiri dari 4 bagian utama seperti variabel, tanda operasi, eksponen, koefisien, dan konstanta beserta simbol yang dikenal sebagai persamaan aljabar. Mari kita ambil persamaan, ax2 + bx + c = d. Dalam aljabar, suku dengan eksponen tertinggi ditulis di awal dan selanjutnya suku ditulis dengan pangkat menurun (reduksi).

 

Dalam masalah atau situasi Matematika tertentu, kita dapat berbicara tentang dua jenis entitas berikut.

(a) Variabel: variabel adalah entitas yang nilainya tidak tetap; dapat bervariasi. Variabel umumnya dilambangkan dengan huruf x, y, z, dst.

(b) Konstanta: konstanta adalah entitas yang nilainya tetap untuk situasi tertentu. Nilai konstanta mungkin tidak diketahui, tetapi kita tahu bahwa nilainya tetap. Konstanta umumnya dilambangkan dengan huruf a, b, c, p, q, dst. jika nilainya tidak diketahui atau tidak diberikan, dan dengan nilai numerik tertentu (seperti 3,

7, -9, dst.) jika nilainya diketahui.

 

Ekspresi (bentuk aljabar) adalah entitas gabungan yang dibentuk dengan menggabungkan variabel dan konstanta menggunakan berbagai operasi matematika. Mari kita lihat beberapa contoh ekspresi, dan buat daftar variabel dan konstanta yang muncul di dalamnya.

 

 Pada gambar di atas ax2 + bx + c = d, terdapat 4 suku. Persamaan aljabar mungkin memiliki suku-suku berbeda yang serupa/sejenis atau tidak serupa/tidak sejenis. Suku-suku sejenis dalam suatu persamaan adalah suku-suku yang membentuk variabel dan eksponen yang sama. Di sisi lain, suku-suku yang tidak sejenis dalam suatu persamaan membentuk variabel dan eksponen yang berbeda.

 

Aturan Aljabar

Ada lima aturan dasar (sifat-sifat) aljabar. Aturan-aturan tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Aturan Komutatif Penjumlahan

2. Aturan Komutatif Perkalian

3. Aturan Asosiatif Penjumlahan

4. Aturan Asosiatif Perkalian

5. Aturan Distributif Perkalian

 

1. Aturan Komutatif Penjumlahan

Dalam aljabar, aturan komutatif penjumlahan menyatakan bahwa ketika dua suku dijumlahkan, urutan penjumlahan tidak menjadi masalah. Persamaan untuk hal yang sama ditulis sebagai, a + b = b + a.

Misalnya:  x3 + 2x = 2x + x3

               2x2 + 5 = 5 + 2x2

 

 

2. Aturan Komutatif Perkalian

Aturan komutatif perkalian menyatakan bahwa ketika dua suku dikalikan, urutan perkalian tidak menjadi masalah. Persamaan untuk hal yang sama ditulis sebagai, a × b = b × a.

Misalnya, (x4 - 2x) × 3x = 3x × (x4 - 2x).

Sisi kiri         : (x4 - 2x) × 3x = 3x5 - 6x2

Sisi kanan     : 3x × (x4 - 2x) = 3x5 - 6x2

Tampak bahwa hasil pada sisi kiri sama dengan hasil pada sisi kanan, ini membuktikan sifat komutatif memiliki hasil yang sama.

 

Aturan Asosiatif Penjumlahan

Dalam aljabar, aturan asosiatif penjumlahan menyatakan bahwa ketika tiga suku atau lebih dijumlahkan, urutan penjumlahan tidak menjadi masalah. Persamaan untuk hal yang sama ditulis sebagai a + (b + c) = (a + b) + c.

Misalnya:      x5 + (3x2 + 2) = (x5 + 3x2) + 2

                   3x + (5y - 6z) = (3x + 5y) - 6z

 

Aturan Asosiatif Perkalian

Demikian pula, aturan asosiatif perkalian menyatakan bahwa ketika tiga suku atau lebih dikalikan, urutan perkalian tidak menjadi masalah. Persamaan untuk hal yang sama ditulis sebagai a × (b × c) = (a × b) × c.

Misalnya, p3 × (2p4 × p) = (p3 × 2p4) × p.

Sisi kiri :       p3 × (2p4 × p) = p3 × 2p5 = 2p8

Sisi kanan :   (p3 × 2p4) × p = 2p7 × p = 2p8

Ternyata diperoleh hasil yang sama.

 

Aturan Distributif Perkalian

Aturan distributif perkalian menyatakan bahwa ketika kita mengalikan suatu angka dengan penjumlahan dua angka, hasilnya akan sama dengan jumlah hasil perkalian keduanya dengan angka itu sendiri. Ini adalah distribusi perkalian atas penjumlahan. Persamaan untuk hal yang sama ditulis sebagai, a × (b + c) = (a × b) + (a × c). Misalnya:    x2 × (2x + 1) = (x2 × 2x) + (x2× 1).

                   3y3 × (5x + 2z) = (3y3 × 5x) + (3y3 × 2z).

 

 

Operasi Aljabar

Dalam operasi hitung aljabar terdapat empat operasi antara lain:

Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, dan Pembagian.

Dalam setiap operasi aljabar yang dilakukan, kita selalu mengkategorikan suku-suku dalam persamaan aljabar sebagai suku-suku yang sejenis dan tidak sejenis.

 

Penjumlahan

Ketika dua atau lebih suku dalam persamaan aljabar dipisahkan oleh tanda tambah "+", operasi aljabarnya adalah penjumlahan. Kita selalu menambahkan suku-suku yang sejenis dan tidak sejenis secara terpisah karena keduanya diperlakukan sebagai dua kuantitas yang berbeda. Secara matematis, dua kuantitas yang berbeda tidak dapat dijumlahkan bersama-sama.

Contoh penjumlahan suku-suku yang sejenis: 5b + 3b = 8b

Contoh penjumlahan suku-suku yang tidak sejenis: 25x + 35y

Seperti yang dapat kita lihat dalam contoh, suku-suku yang sejenis jika dijumlahkan akan menghasilkan suku-suku yang sama, sedangkan suku-suku yang tidak sejenis tidak dapat dijumlahkan lebih lanjut.

 

Pengurangan

Ketika dua atau lebih suku dalam persamaan aljabar apa pun dipisahkan oleh tanda minus "-", operasi aljabarnya adalah pengurangan. Sama halnya dengan penjumlahan, suku-suku dibedakan menjadi suku-suku yang sejenis atau tidak sejenis, lalu dikurangi lebih lanjut.

Contoh pengurangan suku-suku sejenis: 3x2 - x2 = 2x2

Contoh pengurangan suku-suku yang tidak sejenis: 6bc - 9ab

 

 

 

Perkalian

Ketika dua suku atau lebih dalam persamaan aljabar dipisahkan oleh tanda perkalian "×", operasi aljabar yang dilakukan adalah perkalian. Saat mengalikan suku-suku sejenis atau tidak sejenis, kita menggunakan Hukum Eksponen.

Contoh perkalian suku-suku sejenis: 16p × 4p = 64p2

Contoh perkalian suku-suku yang tidak sejenis: a × b3 = ab3

 

Pembagian

Ketika dua suku atau lebih dalam persamaan aljabar apa pun dipisahkan oleh tanda pembagian "/", operasi aljabar yang dilakukan adalah pembagian. Saat membagi suku-suku sejenis, suku-suku yang sejenis dapat disederhanakan, sedangkan untuk kasus suku-suku yang tidak sejenis, suku-suku tersebut tidak dapat disederhanakan lebih lanjut dengan mudah.

Contoh pembagian suku sejenis: 8b/2b = 4

Contoh pembagian suku tak sejenis: x2/2y2

 

Jika dalam operasi aljabar memuat beberapa operasi aljabar, maka hasilnya dapat disederhanakan dengan sifat-sifat aljabar. Lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh berikut.

1.  3x2 (2x + 5y2) - 4x3 + 6xy - 8x3y2

    = 6x3 + 15x3y2 - 4x3 + 6xy - 8x3y2

    = 6x3 - 4x3 + 15x3y2 - 8x3y2 + 6xy

    = 2x3 + 7x3y2 + 6xy

 

2.  3p(4q + 2r) - 2q(5p - r) + 4r(q - 3p)

    = 12pq + 6pr - 10pq + 2qr + 4qr - 12pr

    = 12pq - 10pq + 6pr - 12pr + 2qr + 4qr

    = 2pq - 6pr + 6qr

 

Rumus Aljabar

Rumus aljabar yang lebih sering digunakan dan harus diketahui adalah:

(a + b)2 =  a2 + 2ab + b2

(a - b)2 =  a2 - 2ab + b2

a2 - b2 =  (a + b)(a - b)

(a + b)3 =  a2 + 3a2b + 3ab2 + b3

(a - b)3 =  a2 - 3a2b + 3ab2 - b3

a3 + b3 = (a + b)(a2 - ab + b2)

a3 - b3 = (a - b)(a2 + ab + b2)

(a + b + c)2 =  a2 + b2 + ac2 + 2ab + 2bc + 2ac

 

Demikian tadi sekilas tentang bentuk aljabar dan sifat-sifatnya beserta  operasi aljabar.

Semoga bermanfaat.




28 December

PENGERTIAN HIMPUNAN, JENIS HIMPUNAN, DAN OPERASI HIMPUNAN

Himpunan

Himpunan dalam matematika, hanyalah sekumpulan objek berbeda yang membentuk suatu kelompok. Suatu himpunan dapat memiliki sekelompok item apa pun, baik itu kumpulan angka, hari dalam seminggu, jenis kendaraan, dan sebagainya. Setiap item dalam himpunan disebut elemen himpunan. Tanda kurung kurawal digunakan saat menulis himpunan. Contoh himpunan yang sangat sederhana adalah seperti ini. Himpunan A = {1, 2, 3, 4, 5}. Dalam teori himpunan, terdapat berbagai notasi untuk merepresentasikan elemen himpunan. Himpunan biasanya direpresentasikan menggunakan bentuk daftar atau bentuk pembangun himpunan. Mari kita bahas masing-masing istilah ini secara terperinci.

 

Definisi Himpunan

Dalam matematika, himpunan didefinisikan sebagai kumpulan objek yang terdefinisi dengan baik. Himpunan diberi nama dan direpresentasikan menggunakan huruf kapital. Dalam teori himpunan, elemen-elemen yang menyusun suatu himpunan dapat berupa apa saja: orang, huruf alfabet, angka, bentuk, variabel, dll.

 

Contoh Himpunan dalam Matematika

Beberapa himpunan standar dalam matematika adalah:

Himpunan bilangan Asli, A = {1, 2, 3, ...}

Himpunan bilangan Cacah, C = {0, 1, 2, 3, ...}

Himpunan bilangan Bulat, B = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}

Himpunan bilangan Rasional, Q = {p/q | q adalah bilangan bulat dan q ≠ 0}

Himpunan bilangan Irasional, Q' = {x | x bukan bilangan rasional}

Himpunan bilangan riil, R = Q Q'

Semua ini adalah himpunan tak terhingga. Namun, ada juga himpunan terhingga. Misalnya, kumpulan bilangan asli genap kurang dari 10 dapat direpresentasikan dalam bentuk himpunan, A = {2, 4, 6, 8}, yang merupakan himpunan berhingga.

 

Mari kita gunakan contoh ini untuk memahami terminologi dasar yang terkait dengan himpunan dalam matematika.

 

Elemen Himpunan

Item yang ada dalam suatu himpunan disebut elemen atau anggota himpunan. Elemen himpunan diapit oleh tanda kurung kurawal yang dipisahkan oleh koma. Untuk menunjukkan bahwa suatu elemen terdapat dalam suatu himpunan, simbol '' digunakan. Dalam contoh di atas, 2 A. Jika suatu elemen bukan anggota suatu himpunan, maka elemen tersebut dilambangkan menggunakan simbol ''. Misalnya, 3 A.

 

Bilangan Kardinal Himpunan

Bilangan kardinal, kardinalitas, atau orde suatu himpunan menunjukkan jumlah total elemen dalam himpunan tersebut. Untuk bilangan asli genap kurang dari 10, n(A) = 4. Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan elemen unik. Satu syarat penting untuk mendefinisikan suatu himpunan adalah bahwa semua elemen himpunan harus saling terkait dan memiliki sifat yang sama. Misalnya, jika kita mendefinisikan suatu himpunan dengan elemen-elemennya sebagai nama bulan dalam himpunanahun, maka kita dapat mengatakan bahwa semua elemen himpunan tersebut adalah bulan-bulan dalam himpunanahun.

 

Representasi Himpunan dalam Teori Himpunan

Ada beberapa notasi himpunan yang digunakan untuk representasi himpunan dalam teori himpunan. Notasi-notasi tersebut berbeda dalam cara elemen-elemen tersebut dicantumkan. Ketiga notasi himpunan yang digunakan untuk merepresentasikan himpunan yaitu Bentuk Semantik, Bentuk Daftar, dan Bentuk Pembangun Himpunan.

 

Mari kita pahami masing-masing bentuk ini dengan sebuah contoh.

 

Misalkan ada Himpunan lima bilangan asli genap pertama, maka bentuk-bentuknya sebagai berikut.

 

Bentuk Semantik : Himpunan lima bilangan asli genap pertama

Bentuk Daftar : {2, 4, 6, 8, 10}

Bentuk Pembangun Himpunan : {x A | x ≤ 10 dan x genap}

 

Bentuk Semantik

Notasi semantik menjelaskan pernyataan untuk menunjukkan apa saja elemen-elemen suatu himpunan. Misalnya, satu himpunan dari lima angka ganjil pertama.

 

Bentuk Daftar

Bentuk yang paling umum digunakan untuk merepresentasikan himpunan adalah notasi daftar di mana elemen-elemen himpunan diapit oleh tanda kurung kurawal yang dipisahkan oleh koma. Misalnya, Himpunan B = {2,4,6,8,10}, yang merupakan kumpulan dari lima angka genap pertama. Dalam bentuk daftar, urutan elemen-elemen himpunan tidak menjadi masalah, misalnya, himpunan dari lima angka genap pertama juga dapat didefinisikan sebagai {2,6,8,10,4}. Selain itu, jika ada daftar elemen yang tak terbatas dalam satu himpunan, maka elemen-elemen tersebut didefinisikan menggunakan serangkaian titik di akhir elemen terakhir. Misalnya, himpunan tak terbatas direpresentasikan sebagai, X = {1, 2, 3, 4, 5 ...}, di mana X adalah himpunan bilangan asli. Untuk meringkas notasi bentuk daftar, silakan lihat contoh-contoh di bawah ini.

 

Notasi Daftar Himpunan Terhingga:

Misal : Himpunan A = {1, 2, 3, 4, 5}     (Lima bilangan asli pertama)

 

Notasi Daftar Himpunan Tak Terhingga:

Misal : Himpunan B = {5, 10, 15, 20 ....}   (Bilangan Kelipatan 5)

 

Bentuk Pembangun Himpunan

Notasi pembangun himpunan memiliki aturan atau pernyataan tertentu yang secara khusus menggambarkan ciri umum semua elemen himpunan. Bentuk pembangun himpunan menggunakan garis vertikal dalam representasinya, dengan teks yang menggambarkan karakter elemen himpunan. Misalnya, A = { k | k adalah bilangan genap, k ≤ 20}. Pernyataan tersebut menyatakan, semua elemen himpunan A adalah bilangan genap yang kurang dari atau sama dengan 20. Terkadang tanda ":" digunakan sebagai pengganti tanda "|".

 

Representasi Visual Himpunan Menggunakan Diagram Venn

Diagram Venn adalah representasi bergambar himpunan, dengan setiap himpunan direpresentasikan sebagai lingkaran. Elemen-elemen himpunan hadir di dalam lingkaran. Terkadang persegi panjang melingkupi lingkaran, yang merepresentasikan himpunan universal. Diagram Venn merepresentasikan bagaimana himpunan yang diberikan saling terkait.

 

 

Simbol Himpunan

Simbol himpunan digunakan untuk mendefinisikan elemen-elemen himpunan yang diberikan. Tabel berikut menunjukkan simbol teori himpunan dan artinya. Simbol Arti

{ }           Simbol himpunan

U             Himpunan universal

n(X)         Bilangan kardinal himpunan X

b A        'b' merupakan elemen himpunan A

a B        'a' bukan merupakan elemen himpunan B

            Himpunan nol atau kosong

A U B       Himpunan A Himpunan gabungan B

A ∩ B       Himpunan A himpunan irisan B

A B       Himpunan A merupakan bagian dari himpunan B

B A       Himpunan B merupakan superset dari himpunan A

 

Jenis-jenis Himpunan

Ada berbagai jenis himpunan dalam teori himpunan. Beberapa di antaranya adalah tunggal, terbatas, tak terbatas, kosong, dst.

 

Himpunan Tunggal

Himpunan yang hanya memiliki satu elemen disebut himpunan tunggal atau disebut juga himpunan satuan. Contoh, Himpunan A = { k | k merupakan bilangan bulat antara 3 dan 5} yang mana A = {4}.

 

Himpunan Terhingga

Sesuai dengan namanya, himpunan dengan jumlah elemen terbatas atau terhitung disebut himpunan hingga. Contoh, Himpunan B = {k | k adalah bilangan prima kurang dari 20}, yaitu B = {2,3,5,7,11,13,17,19}

 

Himpunan Tak Terhingga

Himpunan dengan jumlah elemen tak terhingga disebut himpunan tak terhingga. Contoh: Himpunan C = {Kelipatan 3}.

 

Himpunan Kosong atau Himpunan Nol

Himpunan yang tidak mengandung elemen apa pun disebut himpunan kosong atau himpunan nol. Himpunan kosong dilambangkan dengan simbol ''. Dibaca sebagai 'phi'. Contoh: Himpunan X = { }.

 

Himpunan Sama

Jika dua himpunan memiliki elemen yang sama di dalamnya, maka keduanya disebut himpunan sama. Contoh: A = {1,2,3} dan B = {1,2,3}. Di sini, himpunan A dan himpunan B adalah himpunan sama. Ini dapat direpresentasikan sebagai A = B.

 

Himpunan Tak Sama

Jika dua himpunan memiliki himpunanidaknya satu elemen yang berbeda, maka keduanya adalah himpunan tak sama. Contoh: A = {1,2,3} dan B = {2,3,4}. Di sini, himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang tidak sama. Hal ini dapat direpresentasikan sebagai A ≠ B.

 

Himpunan Ekuivalen

Dua himpunan dikatakan sebagai himpunan ekuivalen jika keduanya memiliki jumlah elemen yang sama, meskipun elemen-elemennya berbeda. Contoh: A = {1,2,3,4} dan B = {a,b,c,d}. Di sini, himpunan A dan himpunan B adalah himpunan ekuivalen karena n(A) = n(B)

 

Himpunan yang Tumpang Tindih

Dua himpunan dikatakan tumpang tindih jika setidaknya satu elemen dari himpunan A ada di himpunan B. Contoh: A = {2,4,6} B = {4,8,10}. Di sini, elemen 4 ada di himpunan A dan juga di himpunan B. Oleh karena itu, A dan B adalah himpunan yang tumpang tindih.

 

Himpunan yang Tidak Saling Menggabungkan

Dua himpunan tidak saling menggabungkan jika tidak ada elemen yang sama di kedua himpunan. Contoh: A = {1,2,3,4} B = {5,6,7,8}. Di sini, himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang terpisah.

 

Subset dan Superset

Untuk dua himpunan A dan B, jika setiap elemen dalam himpunan A ada di himpunan B, maka himpunan A adalah subset dari himpunan B(A B) dan dalam kasus ini, B adalah superset dari himpunan A(B A).

 

Contoh: Perhatikan himpunan A = {1,2,3} dan B = {1,2,3,4,5,6}. Di sini:

 

A B, karena semua elemen dalam himpunan A ada di himpunan B.

B A menyatakan bahwa himpunan B adalah superset dari himpunan A.

 

Himpunan Semesta

Himpunan semesta adalah kumpulan semua elemen yang berkenaan dengan subjek tertentu. Himpunan semesta dilambangkan dengan huruf 'U'. Contoh: Misalkan U = {Daftar semua kendaraan angkutan jalan}. Di sini, sekumpulan mobil adalah himpunan bagian dari himpunan universal ini, sekumpulan sepeda, kereta api semuanya adalah himpunan bagian dari himpunan universal ini.

 

Himpunan Pangkat

Himpunan pangkat adalah himpunan dari semua himpunan bagian yang dapat ditampung oleh suatu himpunan. Contoh: Himpunan A = {1,2,3}. Himpunan pangkat dari A adalah = {, {1}, {2}, {3}, {1,2}, {2,3}, {1,3}, {1,2,3}}.

 

Operasi pada Himpunan

Beberapa operasi penting pada himpunan dalam teori himpunan meliputi gabungan, irisan, selisih, komplemen suatu himpunan, dan perkalian kartesius suatu himpunan. Penjelasan singkat tentang operasi himpunan adalah sebagai berikut.

 

Gabungan Himpunan

Gabungan himpunan, yang dilambangkan sebagai A U B, mencantumkan elemen-elemen dalam himpunan A dan himpunan B atau elemen-elemen dalam himpunan A dan himpunan B. Misalnya, {1, 3} {1, 4} = {1, 3, 4}

 

Irisan Himpunan

Irisan himpunan yang dilambangkan dengan A ∩ B mencantumkan elemen-elemen yang sama dalam himpunan A dan himpunan B. Misalnya, {1, 2} ∩ {2, 4} = {2}

 

Selisih Himpunan

Selisih himpunan yang dilambangkan dengan A - B, mencantumkan elemen-elemen dalam himpunan A yang tidak ada dalam himpunan B. Misalnya, A = {2, 3, 4} dan B = {4, 5, 6}. A - B = {2, 3}.

 

 

 

Produk Kartesius dari Himpunan

Produk Kartesius dari dua himpunan yang dilambangkan dengan A × B, adalah produk dari dua himpunan yang tidak kosong, yang di dalamnya diperoleh pasangan elemen yang berurutan. Misalnya, {1, 3} × {1, 3} = {(1, 1), (1, 3), (3, 1), (3, 3)}.

 




 Pada gambar di atas, bagian yang diarsir dengan warna "biru" menunjukkan himpunan yang diberi label.

 

Rumus Himpunan dalam Teori Himpunan

Himpunan menemukan penerapannya dalam bidang aljabar, statistik, dan probabilitas. Ada beberapa rumus teori himpunan yang penting dalam teori himpunan seperti yang tercantum di bawah ini.

 

Untuk dua himpunan A dan B yang saling tumpang tindih,

n(A U B) = n(A) + n(B) - n(A ∩ B)

n (A ∩ B) = n(A) + n(B) - n(A U B)

n(A) = n(A U B) + n(A ∩ B) - n(B)

n(B) = n(A U B) + n(A ∩ B) - n(A)

n(A - B) = n(A U B) - n(B)

n(A - B) = n(A) - n(A ∩ B)

Untuk dua himpunan A dan B yang tidak saling lepas,

 

n(A U B) = n(A) + n(B)

A ∩ B =

n(A - B) = n(A)

 

Sifat-Sifat Himpunan

Mirip dengan bilangan, himpunan juga memiliki sifat-sifat seperti sifat asosiatif, sifat komutatif, dan seterusnya. Ada enam sifat penting dari himpunan. Diberikan tiga himpunan A, B, dan C, sifat-sifat himpunan ini adalah sebagai berikut.

 

Contoh Sifat-Sifat Himpunan

Sifat Komutatif        A U B = B U A

                             A ∩ B = B ∩ A

Sifat Asosiatif          (A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)

                             (A U B) U C = A U (B U C)

Sifat Distributif        A U (B ∩ C) = (A U B) ∩ (A U C)

                             A ∩ (B U C) = (A ∩ B) U (A ∩ C)

Sifat Identitas         A U = A

                             A ∩ U = A

Sifat Komplemen     A U A' = U

Sifat Idempoten      A ∩ A = A

                             A U A = A

 

 

Bagaimana, sudah jelas bukan belajar tentang nilai himpunan?

Semoga bermanfaat.